- 1. Sejarah Keraton Jogja
- 2. Tata Pemerintahan
- 3. Kagungan Dalem
- 4. Kompleks Keraton
- 4.1 Gapura Gladag-Pangurakan: Gerbang masuk keraton Yogyakarta
- 4.2 Kompleks Alun-alun Utara
- 4.3 Masjid Gedhe
- 4.4 Kompleks Pagelaran
- 4.5 Kompleks Siti Hinggil Ler
- 4.6 Kompleks Sri Manganti
- 4.7 Kompleks Kamandhungan Ler
- 4.8 Kompleks Kamagangan
- 4.9 Kompleks Kedhaton
- 4.10 Kompleks Kamandhungan Kidul
- 4.11 Alun-alun Kidul
- 4.12 Plengkung Nirbaya (Plengkung Gadhing)
- 5. Peraturan Keraton
- 6. Jam buka Keraton Jogja dan jadwal pertunjukan
- 7. Harga Tiket Masuk Wisata Keraton Jogja
- 8. Tips dan Trik Masuk Wisata Keraton Jogja
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan keraton yang dibangun secara bertahap oleh Sultan Hamengku Buwono I dengan rancangannya sesuai kosmologi Jawa. Kompleks kraton Yogyakarta ini dibangun menghadap ke arah utara dengan pemandangan Gunung Merapi dan ke arah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Tahukah Anda berapa harga tiket masuk Wisata Keraton Jogja?
Setiap area kompleks baik paviliun hingga halaman dibangun dan mengandung simbol-simbol khusus yang memiliki filsafat Jawa yang luhur. Keraton ini masih digunakan sebagai tempat tinggal sultan dan keluarganya hingga kini. Sedangkan sebagian bangunannya digunakan sebagai museum benda-benda koleksi bersejarah milik kesultanan.
Harga Tiket Masuk Wisata Keraton Jogja yang memiliki luas kurang lebih 14.000 meter persegi ini telah menjadi tujuan utama bagi mereka yang baru pertama kali berwisata ke Yogyakarta. Karena tidak ada Jogja jika tanpa keraton. Bagi Anda yang sudah memasukkan keraton sebagai destinasi wisata, ada baiknya memahami beberapa hal tentang keraton yang indah ini:
Sejarah Keraton Jogja
Kerajaan Mataram merupakan cikal bakal keraton Yogyakarta. Dengan adanya perselisihan pada tahun 1755, disepakati untuk membagi dua Kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang dipimpin oleh Susuhunan Paku Buwono III dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sultan Hamengku Buwono I.
Setelah pembagian wilayah, Sultan Hamengku Buwono melanjutkan tugasnya sebagai pemimpin Keraton Yogyakarta dengan membangun keraton sebagai pusat pemerintahannya yang dimulai pada tanggal 9 Oktober 1755.
Ketika peristiwa Proklamasi terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945, Sultan Hamengku Buwono IX memberikan dukungan atas kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menyatakan bahwa wilayah Keraton Yogyakarta sebagai bagian dari Indonesia.
Presiden Soekarno menerima amanat tersebut dan menetapkan Sultan Hamengku Buwono IX dan Adipati Paku Alam menjadi pemimpin yang memegang kekuasaan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sehingga segala bentuk warisan budaya yang ada di Kesultanan Ngayogyakarta dan Kadipaten Pakualaman tetap dijaga dan dipertahankan kelestariannya hingga kini.
Tata Pemerintahan
Abdi Dalem
Di masa lalu pernah Keraton Yogyakarta pernah merekrut Kesatuan Abdi Dalem yang diberi nama Musikan dan mempunyai tugas memainkan musik-musik khas Eropa. Jejak Abdi Dalem pemusik ini masih bisa ditemukan di kampung sebelah timur Pagelaran Keraton yaitu Kampung Musikan.
Baca Juga: Wisata Malam Di Jogja
Abdi Dalem merupakan aparatur negara sipil bagi keraton yang bertugas sebagai tenaga pelaksana operasional di setiap organisasi bentukan Sultan. Selain melakukan tugas operasional, Abdi Dalem juga bertindak sebagai ‘abdi budaya’. Yaitu orang yang menjadi contoh dan suri tauladan bagi masyarakat umum. Sehingga seorang Abdi Dalem mesti mencerminkan sikap dan karakter yang paham mengenai unggah ungguh dan tata krama Keraton Yogyakarta.
Prajurit Keraton
Prajurit Keraton memiliki seragam yang khas yang mengalami beberapa kali perubahan sejak zaman VOC hingga kini. Contohnya seragam pada masa pemerintahan Pangeran Mangkubumi terdiri dari:
- Seragam
- Celana
- Bebed (kain yang digunakan untuk menutup bagian bawah dan kaki).
- Baju sikepan yaitu baju luar yang dipakai pada saat membawa senjata
- Udheng atau ikat kepala
- Sebuah keris yang diselipkan dalam sabuk
- Sebuah keris yang digantungkan pada sabuk.
Di masa kini, keraton memiliki 10 bregada yaitu kelompok pasukan dengan jumlah prajurit hanya 600 orang. Pimpinan tertinggi bregada adalah seorang Manggalayudha atau kommandhan yang disebut Kommandhan Wadana Hageng Prajurit. Manggalayudha dibantu oleh Pandhega/Kapten Parentah dengan sebutan lengkapnya Bupati Enem Wadana Prajurit. Setiap bregada dipimpin oleh perwira berpangkat kapten.
Nama masing-masing bregada adalah:
- Bregada Bugis: bertugas di Kepatihan
- Surakarsa: bertugas di Kadipaten Anom (putera mahkota)
- Wirabraja
- Dhaeng
- Patangpuluh
- Jagakarya
- Prawiratama
- Nyutra
- Ketanggung
- Mantrijero
Kagungan Dalem
Secara harfiah arti kagungan dalem adalah milik atau apa yang dipunyai sultan. Kepunyaan sultan ini menjadi warisan budaya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat berupa benda maupun non benda dan tidak masuk dalam kategori upacara adat (hajad dalem):
Benda
Gamelan
Gamelan adalah seperangkat ansambel tradisional Jawa dengan tangga nada pentatonic dalam sistem tangga nada slendro dan pelog. Masyarakat Jawa menyebut gamelan dengan gangsa. Keraton Yogyakarta memiliki seperangkat gamelan yang berjumlah 21 dan dikelompokkan menjadi dua yaitu Gangsa Pakurmatan yang hanya digunakan pada saat upacara adat Hajad Dalem dan Gangsa Ageng yang dimainkan sebagai pengiring pergelaran seni budaya di keraton.
Setiap Jumat, salah satu gamelan akan dibersihkan dan diperiksa secara rutin oleh Abdi Dalem Kanca Gendhing. Jika ada kerusakan segera diperbaiki, jika tidak bisa diperbaiki, alat tersebut akan dilebur untuk dibentuk menjadi baru tanpa mengubah unsur logam asalnya.
Kristal dan keramik
Anda bisa menyaksikan keindahan kristal dan keramik warisan Keraton Yogyakarta di Museum Kristal yang ada di kompleks Museum Keraton Yogyakarta. Benda-benda ini adalah warisan dari Sultan Hamengku Buwono VIII. Anda dapat melihat keramik, guci dan pot bunga, peralatan makan, gelas-gelas dan perlengkapan mandi yang juga terbuat dari kristal.
Kereta
Keraton Jogja memiliki koleksi kereta kencana berjumlah 23 milik Kesultanan Yogyakarta. Kereta-kereta tersebut disimpan di dalam museum Kereta Keraton Ngayogyakarta. Setiap kereta mempunyai nama dan memiliki kegunaan masing-masing.
Beberapa kereta masih digunakan untuk upacara kebesaran yang dilakukan keraton. Upacara kebesaran yang menggunakan kereta kencana adalah upacara penobatan sultan, upacara pernikahan putra sultan atau pengantaran jenazah sultan ke tempat peristirahatan terakhir.
Salah satu kereta yang unik dan masih digunakan adalah Kereta Kanjeng Nyai Jimad yang merupakan kereta buatan Belanda tahun 1750. Kereta ini adalah hadiah dari Raja Spanyol yang telah menjadi mitra dagang Kesultanan Ngayogyakarta.
Non Benda
Tari
Ada beberapa jenis tari yang merupakan warisan budaya bernilai tinggi dari Keraton Yogyakarta yaitu:
- Beksan Lawung Ageng
- Srimpi Pandhelori
- Srimpi Rangga Jamur
- Tari Golek Menak
- Komposisi Musik
- Motif Batik
- Pakaian
Keris
Keris merupakan senjata tajam yang mendapat penghormatan tinggi bagi masyarakat Jawa. Tidak hanya sebagai senjata, keris juga menjadi perlengkapan busana, simbol status, dan pemberi kewibawaan pada upacara adat. Keris dibuat dengan menggunakan tiga bahan utama yaitu besi untuk kekuatan dan keuletannya, baja untuk memberi unsur ketajaman dan bahan pamor yang memberi nilai estetika dan sentuhan akhir keris.
Samir
Selempang khas penanda Abdi Dalem sedang melaksanakan tugas/ayahan. Samir juga penanda pangkat bagi mereka. Bahan pembuat samir adalah kain motif putih hitam dengan dasar warna merah yang sering disebut cindhe bang-bangan. Cara menggunakan cindhe adalah dengan mengalungkan pada leher dengan kedua ujungnya bertemu di dada. Jika tidak sedang bertugas, cindhe diselipkan di pinggang bagian kanan Abdi Dalem.
Masakan
Patehan, yaitu bagian dari dapur istana yang selalu siap 24 jam dengan tugas menyiapkan minuman terutama teh beserta seluruh perlengkapannya yang dibutuhkan keraton. Di dalam patehan terdapat sepasang sumur yang diberi nama sumur Nyai Jalatunda di sebelah barat yang digunakan untuk menyiapkan minuman. Dan sumur lainnya diberi nama Kiai Jalatunda yang ada di sebelah timur difungsikan untuk kegiatan mencuci.
Kompleks Keraton
Sebagai arsitek dan pendiri keraton Jogja, Sultan Hamengku Buwono I telah menunjukkan kemampuannya mendesain bangunan keraton yang indah dan kuat. Hal ini telah mendapat pengakuan dari bangsa Belanda bahwa Keraton Yogyakarta adalah sebuah arsitektur istana Jawa terbaik. Kompleks yang mempunyai luas 14.000 meter persegi memiliki tujuh balairung mewah dan dilengkapi dengan lapangan dan paviliun yang luas.
Ketika menyusuri bangunan kompleks keraton, interior dan barang-barang yang melengkapinya masih asli seolah-olah kita sedang menyaksikan sebuah situs bersejarah yang indah. Setiap ruangan masih berfungsi seperti awalnya. Berikut beberapa bagian dari kompleks keraton:
Gapura Gladag-Pangurakan: Gerbang masuk keraton Yogyakarta
Gapura putih yang berada di sisi kiri dan kanan menjadi penanda batas kompleks keraton. Dahulunya di gerbang ini merupakan tempat penjagaan di mana setiap orang yang masuk harus menyerahkan daftar jaga sekaligus menjadi tempat pengusiran bagi yang tidak diizinkan.
Kompleks Alun-alun Utara
Terletak di sisi utara keraton, yang luasnya makin menyempit karena telah berfungsi menjadi area yang digunakan masyarakat. Alun-alun ini biasa digunakan untuk acara rakyat dan kerajaan yang dihadiri oleh masyarakat umum. Di hari-hari biasa, alun-alun ini menjadi tempat warga bermain bola dan sebagai area parkir.
Masjid Gedhe
Berlokasi di sebelah barat kompleks alun-alun utara, masjid yang lebih dikenal dengan Masjid Gedhe Kauman ini dikelilingi dinding yang tinggi. Mempunyai bangunan induk yang menyerupai tajuk persegi tertutup dengan atap yang bertumpang tiga.
Kompleks Pagelaran
Merupakan bangunan utama yang dulu lebih dikenal dengan nama Tratag Rambat. Bangunan ini kemudian difungsikan menjadi tempat penyelenggaraan even-even pariwisata, religi serta upacara adat keraton lainnya.
Kompleks Siti Hinggil Ler
Di bangunan kompleks inilah diadakannya upacara-upacara resmi kerajaan. Letak kompleks ini lebih tinggi dari tanah sekitarnya dan di sekitarnya terdapat deretan pohon Gayam.
Kompleks Sri Manganti
Berada di sebelah selatan kompleks Kamandhungan Ler yang terhubung dengan Regol Sri Manganti, mempunyai fungsi sebagai tempat menyimpan alat-alat musik gamelan dan pusaka keraton yang bernilai tinggi. Terkadang untuk even-even pariwisata keraton juga dilakukan di tempat ini.
Kompleks Kamandhungan Ler
Kompleks ini lebih dikenal dengan nama Keben karena adanya pohon Keben di halaman kompleks ini. Di tengah kompleks ini ada bangunan yang diberi nama Bangsal Ponconiti yang menjadi sentra dari kompleks. Bangsal tersebut kini difungsikan sebagai lokasi diselenggarakannya acara adat seperti Grebeg dan Sekaten yang banyak dihadiri oleh masyarakat.
Kompleks Kamagangan
Kompleks ini ditandai dengan adanya gerbang yang memiliki bentuk patung dua ular sebagai simbol berdirinya keraton. Di dalamnya terdapat Bangsal Magangan yang berada tepat di tengah halaman. Di kompleks ini biasa diadakan upacara Bedhol Songsong dan pertunjukan wayang kulit.
Kompleks Kedhaton
Kompleks ini menjadi sentra keraton secara keseluruhan. Terdiri dari tiga bagian utama yaitu bagian pertama adalah pelataran Kedhaton yang merupakan area untuk sultan. Bagian kedua menjadi bagian istri dan putri sultan. Sedangkan bagian ketiga menjadi area untuk putra sultan. Kompleks ini menjadi area tertutup untuk umum. Hanya Bangsal Kencono hingga ke arah barat yang boleh dimasuki masyarakat umum.
Kompleks Kamandhungan Kidul
Bangunan utama di kompleks ini adalah Bangsal Kamandhungan. Terdapat gerbang Regol Kamandhungan di sebelah selatan yang menjadi pintu gerbang keraton paling selatan.
Alun-alun Kidul
Alun-alun ini juga menjadi area umum untuk masyarakat yang berada di selatan keraton. Pada malam hari banyak digunakan sebagai pusat hiburan rakyat berupa angkringan. Di alun-alun ini juga terdapat dua buah pohon Beringin dengan mitosnya. Setiap wisatawan biasanya akan menyempatkan diri untuk mengunjungi alun-alun ini untuk berjalan di tengah dua pohon Beringin tersebut.
Plengkung Nirbaya (Plengkung Gadhing)
Menjadi poros utama dan ujung selatan dari area keraton. Di gerbang inilah rute keluar dari prosesi panjang pemakaman sultan ke Imogiri dilakukan. Area ini tertutup untuk masyarakat umum.
Peraturan Keraton
Ada beberapa peraturan yang berlaku yang harus dipatuhi oleh setiap wisatawan yang ingin melakukan wisata keraton Jogja, yaitu:
- Dilarang berfoto dengan membelakangi keraton karena dianggap tidak sopan. Sudah jadi pengetahuan bersama bahwa keraton adalah simbol raja Jawa. Sehingga penghormatan kepada keraton sama dengan menghormati raja. Salah satunya adalah tidak membelakangi keraton saat berfoto.
- Hal ini juga berlaku untuk Abdi Dalem sebagai bagian dari keraton. Wisatawan juga tidak boleh membelakangi Abdi Dalem ketika berfoto.
- Disarankan untuk tidak memakai topi ketika berada di dalam keraton.
- Dilarang sembarangan duduk di dalam keraton
- Tidak boleh menyentuh koleksi museum atau barang lain yang ada di dalam keraton tanpa izin.
- Dilarang membawa kereta bayi, koper atau sesuatu yang beroda ke dalam keraton
- Meminta izin terlebih dahulu untuk membawa kamera dan ponsel ke dalam keraton
Jam buka Keraton Jogja dan jadwal pertunjukan
Lokasi keraton berada di Jl. Rotowijayan Blok No. 1, Panembahan. Di Keraton Yogyakarta jam buka mulai pukul 8.30 pagi hingga 15.00 setiap hari kecuali hari Senin. Selain menikmati keindahan arsitektur bangunan bersejarah, wisatawan juga dimanjakan dengan kegiatan budaya dan pertunjukan upacara adat. Berikut jadwalnya:
- Pertunjukan Gamelan: Diadakan setiap hari Selasa pukul 10.00 – 12.00 WIB
- Pagelaran Wayang Golek: Diadakan setiap hari Rabu pada pukul 09.00 – 12.00 WIB
- Pertunjukan Tarian: Diadakan setiap hari Kamis dan Minggu pada pukul 09.00 – 12.00 WIB
- Pembacaan Puisi: Diadakan setiap hari Jumat pada pukul 10.00 – 11.30 WIB
- Pertunjukan Wayang Kulit: Diadakan setiap hari Sabtu pada pukul 09.00 – 13.00 WIB
Harga Tiket Masuk Wisata Keraton Jogja
Tiket wisatawan domestik Rp. 7.000
Tiket wisatawan mancanegara Rp. 15.000
Izin berfoto Rp. 1.000
Tips dan Trik Masuk Wisata Keraton Jogja
Beberapa tips dan trik selama Anda mengunjungi keraton:
- Tidak melakukan sesuatu yang tidak lazim di dalam area keraton
- Dilarang membuang sampah sembarangan
- Selesai berkeliling di keraton, Anda dapat melanjutkan wisata ke Museum Kereta, Taman Sari, Pasar Burung Ngasem yang jaraknya hanya 1 kilometer atau kurang lebih 10 menit dari keraton dengan menggunakan becak jika Anda terlalu letih berjalan kaki.
Harga Tiket Masuk Wisata Keraton Jogja merupakan wisata yang sayang bila dilewatkan. Karena dengan luasnya keraton, dan banyaknya benda-benda budaya yang dipamerkan di keraton, sekali kunjungan menjadi sangat kurang. Puaskan rasa keingintahuan Anda tentang sejarah Yogyakarta di sini.
Baca Juga: Oleh-Oleh Khas Jogja
Pemandu wisata lokal akan membantu Anda menjelaskan segala pertanyaan Anda tentang keraton. Beberapa pemandu wisata adalah mantan Abdi Dalem yang memilih mencari pekerjaan di luar keraton sehingga sangat memahami tentang sejarah keraton. Selamat berwisata!